“Yuni” dan Warna Ungu: Seruan Perempuan dalam Belenggu Patriarki

Aliya Zaranggie
3 min readFeb 17, 2023
Still cut from Yuni (2021)
Still cut from Yuni (2021)

Judul : Yuni

Genre : Drama

Tahun rilis : 2021

Sutradara : Kamila Andini

Penulis : Kamila Andini dan Prima Rusdi

Durasi : 95 menit

Notable cast : Arawinda Kirana, Kevin Ardilova, Dimas Aditya, Marissa Anita

Notable awards : TIFF for Platform Prize, Piala Citra for Best Actress

Ketika dunia perfilman tanah air terombang-ambing oleh pandemi Covid-19, Yuni muncul membawa harapan baru. Film pemenang Platform Prize dari Toronto International Film Festival ini menghadirkan kisah seorang perempuan bernama Yuni yang tinggal di daerah Serang, Banten. Film yang kini telah tersedia di Disney+ Hotstar ini, kental dengan bahasa Jawa Serang yang mendominasi hampir seluruh dialog. Yuni dipotretkan sebagai seorang remaja dengan “Penyakit Ungu.” Apa maksud penyakit ungu ini? Dan mengapa harus warna ungu?

Kamila Andini sebagai sutradara film ini menceritakan bahwa latar belakang penyakit ungu terinspirasi dari salah seorang temannya yang terobsesi dengan warna ungu. Sense of ownership terhadap warna ungu inilah yang menurutnya menarik untuk dimiliki dan ia tuangkan di dalam film ini. Yuni dengan barang-barangnya yang serba ungu, mulai dari sepeda motor hingga pakaian dalamnya, menunjukkan bahwa seakan-akan ungu hanyalah warna yang diciptakan untuknya seorang diri. Warna ini juga menyimbolkan isu perempuan yang dipotret melalui cerita Yuni dan orang-orang di sekitarnya.

Sejak tahun 1900-an, ungu digunakan sebagai simbol perjuangan perempuan, kesetaraan gender, serta partisipasi perempuan di dalam politik. Film ini beresonansi dengan makna warna tersebut. Stigma ungu yang dikaitkan dengan warna janda juga dihadirkan sebagai ironi. Penggambaran isu-isu perempuan dan gender, seperti pernikahan dini dan sistem patriarki, disajikan dari pengalaman komunal perempuan, khususnya di Indonesia. Arawinda yang memerankan karakter Yuni menyampaikan bahwa film ini juga menyerukan pesan kebebasan berekspresi bagi perempuan dan laki-laki. Patriarki tentunya turut menghadirkan batas-batas yang menyesakkan untuk perempuan. Namun, semakin berakarnya sistem ini, standar-standar terus tercipta bukan hanya untuk perempuan, melainkan juga laki-laki.

Ungu adalah potret perjuangan melawan belenggu. Perempuan yang sedari dulu terus tergerus di bawah kuasa sistem yang tak bermutu berusaha berseru. Tidak ada cara yang sama bagi setiap perempuan untuk melawan. Melalui film Yuni kita dapat melihat dengan lebih terbuka tanpa berusaha untuk menghakimi setiap usaha.

Referensi:

Adinda, P. (2021, November 11). Yuni: ‘Penyakit Ungu’ Perempuan — Cinema Poetica. Cinema Poetica. Retrieved May 15, 2022, from https://cinemapoetica.com/yuni-penyakit-ungu-perempuan/

Andresta, L. (2021, December 14). Jadi Simbol Kesetaraan, Warna Ungu Mendominasi Karakter Utama Film Yuni. Hypeabis. Retrieved May 15, 2022, from https://hypeabis.id/read/8941/jadi-simbol-kesetaraan-warna-ungu-mendominasi-karakter-utama-film-yuni

Usmanda, Y. (2021, December 8). Pemeran Yuni Bicara tentang Dominasi Warna Ungu di Filmnya. KINCIR.com. Retrieved May 15, 2022, from https://www.kincir.com/movie/cinema/arawinda-kirana-asmara-abigail-vania-aurell-yuni-tZmQXplzXArh

Penulis : Aliya Zaranggie

Penyunting/PJ : Amira Larasati

--

--